Guru Sejarah AGSI Lampung dan Banten Antusias Ikuti Tradisi “Ngobeng” dan “Ngidang”, Makan Ala Palembang

37

BP/IST
YM Sultan Mahmud Badaruddin IV Jayo Wikrama R.M. Fauwaz Diradja. S.H. M.Kn saat menjelaskan sejarah Kesultanan Palembang Darussalam di hadapan puluhan guru sejarah dari Asosiasi Guru Sejarah Indonesia Indonesia (AGSI) Provinsi Lampung dan Banten yang melakukan berkunjung ke Rumah Adat Kesultanan Palembang Darussalam, Jumat (13/12).

Palembang, BP

Puluhan  guru sejarah dari Asosiasi Guru Sejarah Indonesia Indonesia (AGSI) Provinsi Lampung dan Banten melakukan berkunjung ke Rumah Adat Kesultanan Palembang Darussalam. Kunjungan disambut langsung oleh YM Sultan Mahmud Badaruddin IV Jayo Wikrama R.M. Fauwaz Diradja. S.H. M.Kn, Jumat (13/12).

Acara dimulai dengan kata sambutan dari Ketua AGSI Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel)  Merry Hamraeny, S.Pd, M.M , selanjutnya sambutan dan materi singkat dari YM Sultan Mahmud Badaruddin IV Jayo Wikrama R.M. Fauwaz Diradja. S.H. M.Kn seputar Kesultanan Palembang Darussalam, kemudian ditutupi dengan kegiatan penyampaian materi dari sejarawan Palembang Kemas A.R. Panji, seputar teknik menghidangkan makanan ala Budayawan Palembang yang dikenal dengan  dengan kegiatan istilah “Ngidang” dan “Ngobeng”.

“Menghormati dan memuliakan tamu dalam budaya melayu menjadi sesuatu yang sangat dianjurkan. Ngidang merupakan cara makan adat Palembang yang saat ini sudah mulai jarang ditemui. Ngidang merupakan tata cara penyajian makanan saat ada sedekahan (kendurian) dan pernikahan, yang dilakukan secara lesehan dengan membagi setiap hidangan atau kelompok yang terdiri atas delapan orang,” kata sejarawan Palembang Kemas A.R. Panji.

Baca Juga:  Polrestabes Palembang Datangi Lokasi Aktivitas BBM Ilegal
BP/IST
Sejarawan Sumsel Kemas A.R Panji saat menjelaskan teknik menghidangkan makanan ala Palembang yang dikenal dengan kegiatan istilah “Ngidang” dan “Ngobeng”.

Menurut Kemas A.r Panji, hidangan digelar pada selembar kain dengan tempat nasi berupa nampan ditempatkan pada bagian tengah dan lauknya disiapkan dalam piring kecil dan ditata mengelilingi tampah nasi tersebut.

Dan petugas khusus yang disebut “ngobeng” yang akan melayani langsung para tamu. Kesibukan yang terjadi ini dikenal dengan istilah “besaji atau menghidangkan makanan dan “beringkas” atau merapikan semua kebutuhan.

Saat bersantap bersama dalam satu hidangan menurutnya tentu akan muncul suasana akrab serta menjalin silaturrahmi.

Penyampaian materi dari  tentang tata cara “Ngobeng” dan “Ngidang” ditambah simulasi “praktek” bagaimana melakukan “Ngidang” dan “Ngobeng”  oleh anggota Komunitas PESE dan duta Budaya UIN Raden Fatah Palembang , yang diikuti juga oleh perwakilan AGSI Provinsi Lampung dan Banten yang ikut belajar mempraktekkan cara “Ngidang” dan “Ngobeng”.

Tampak dalam raut wajah para peserta  yang hadir sangat antusias dan senang. Kegiatan diakhiri dengan  makan bersama para peserta yang hadir.

BP/IST
Suasana makan ala Palembang “Ngidang” bersama puluhan guru sejarah dari Asosiasi Guru Sejarah Indonesia Indonesia (AGSI) Provinsi Lampung dan Banten yang melakukan berkunjung ke Rumah Adat Kesultanan Palembang Darussalam, Jumat (13/12).

YM Sultan Mahmud Badaruddin IV Jayo Wikrama R.M. Fauwaz Diradja. S.H. M.Kn mengapresiasi kunjungan AGSI Banten dan Lampung.

Baca Juga:  Sempat Buron Pelaku Curas Ditangkap

“ Mereka kunjungan sejarah untuk mengetahui  sejarah mengenai  apa saja objek wisata di Palembang Darussalam mulai dari zaman Kerajaan Sriwijaya , Kerajaan Palembang sampai Kesultanan Palembang , sehingga kita memberikan edukasi mengenai sepintas karena mungkin cuma garis besarnya dulu,” katanya.

Dia berharap kedepan dari AGSI Banten akan membuat tim karena pernah ada hubungan karena Kesultanan Banten pernah menyerang Kerajaan Palembang.

“ Jadi mungkin mereka bikin buku antara hubungan kekerabatan akibat penyerangan itu bagaimana,” katanya.

Ketua AGSI provinsi Banten, Abdus Shomad mengatakan lawatan sejarah ke Palembang mereka lakukan dengan datang langsung ke Palembang untuk mengetahui sejarah Palembang dari segala periode.

BP/IST
Suasana usai seminar sejarah melibatkan AGSI Sumsel dan AGSI Lampung dan Banten di Museum Balaputra Dewa Palembang, Sabtu (14/12).

“ Kita tahu Palembang itu punya sejarah yang luar biasa termasuk kita ingin tahu bagaimana hubungan antara Palembang dengan Banten, karena kami di Banten punya Kesultanan Banten, kami juga dengar disini juga ada Sultan  Mahmud Badaruddin yang juga meneruskan adat yang ada di Palembang dan ini merupakan pelajaran yang sangat baik bagi guru sejarah sehingga bisa secara langsung kemudian belajar termasuk jufa belajar sejarah dan adatnya,” katanya sembari mengatakan, yang datang  berjumlah 36 orang terdiri 7 kabupaten kota di Banten.

Baca Juga:  Tiga Orang Jadi Tersangka Tawuran di Jalan Demang
BP/IST
Suasana berpoto bersama usai seminar sejarah melibatkan AGSI Sumsel dan AGSI Lampung dan Banten di Museum Balaputra Dewa Palembang, Sabtu (14/12).

Dia berharap  dengan kegiatan ini menjadi sarana silaturahmi dengan guru-guru sejarah di Sumsel termasuk dengan Lampung dan kedepan menurutnya juga ada kunjungan balasan sehingga bisa saling belajar.

“Kami baru datang pagi tadi, rencananya kita disini sampai hari minggu untuk berkunjung ke beberapap Museum termasuk ke Pulau Kemaro,” katanya.

Sedangkan perwakilan AGSI Lampung, Sri Marsiah mengatakan, ada tiga kabupaten di Lampung yaitu dari kota Lampung, Mesuji dan dari Lampung Utara yang melakukan kunjungan ke Palembang.

“ Harapan kami , apa yang kami lakukan disini, bermanfaat terutama buat teman-teman tergabung dalam AGSI dan MGMP dan dapat pula kita sampaikan ke siswa-siswa kita di sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan yang ada di Lampung,” katanya.

Sabtu (14/12) lawatan dilanjutkan dengan menggelar seminar sejarah melibatkan AGSI Sumsel dan AGSI Lampung dan Banten di Museum Balaputra Dewa Palembang.#osk

Komentar Anda
Loading...