WCC Palembang Soroti Kekerasan Wanita di Era Millenial

33
Dialog Publik WCC Palembang bekerja sama dengan Yayasan Rumah Ibu tentang kekerasan perempuan, di Hotel Swarna Dwipa Palembang, Selada (4/12)

(Dialog Publik WCC Palembang bekerja sama dengan Yayasan Rumah Ibu tentang kekerasan perempuan, di Hotel Swarna Dwipa Palembang)
Palembang, BP
Tak bisa dipungkiri, memasuki era literasi dan era globalisasi belakangan ini, tingkat kekerasan perempuan di Indonesia banyak ditemui. Palembang sebagai kota Metropolis pun tak luput dari apa yang disebut kekerasan pada wanita, termasuk soal pelecehan seksual.
Demikian mengemuka pada diskusi bertajuk “Gerak Bersama Melawan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Memenuhi Hak-hak Perempuan di Sumsel” yang digagas oleh Women’s Crisis Centre (WCC) Palembang bekerjasama dengan Yayasan Rumah Ibu, di Hotel Swarna Dwipa Palembang, Selasa (4/12).
Benar saja, puluhan pelajar, mahasiswa, komunitas perempuan, akademisi, professional, tokoh masyarakat, hingga ibu-ibu majelis taklim.
Turut hadir sebagai narasumber Prof. H. Jalaludin, tokoh masyarakat Sumsel, Hj Maphilinda Syahrial Oesman selaku Ketua Rumah Ibu & Dewan Pengurus WCC Palembang, Hj. DR. Telly P Siwi Zaidan selaku Pssikolog/Ketua Biro Psikologi Potensia dan RA Nurul Ayu Furqon selaku Ketua Kelompok Generasi Perempuan Cerdas Sriwijaya dengan dimoderatori oleh Direktur Eksekutif WCC Palembang Yeni Roslaini Izi.
“WCC banyak sekali menerima laporan tentang kekerasan perempuan, mulai dari yang pacaran kenalan di facebook, kopdar, lalu terjadi kekerasan,”terang Yeni.
Menurutnya, ruang lingkup kekerasan terhadap perempuan sangat luas, mulai dari ranah keluarga, ditempat umum, disekolah, ditempat kerja, bahkan hingga di negara lain. Bentuk tindak kekerasannya pun beragam, mulai dari kekerasan fisik, psikologis, seksual, ekonomi dan sosial. Dibanyak kejadian, perempuan tidak hanya mengalami satu bentuk kekerasan, akan tetapi bisa mengalami gabungan dari dua atau bahkan lebih dari berbagai bentuk kekerasan.
Tidak mudah untuk menggali jumlah yang pasti kasus kekerasan yang ada, karena berbicara tentang kekerasan terhadap perempuan diranah publik membutuhkan upaya yang tidak ringan dan perlu secara terus menerus dilakukan.
“Dan ini WCC Palembang bekerja sama dengan Yayasan Rumah Ibu melakukan serangkaian kegiatan dalam rangka kampanye 16 hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (25 Nopember-10 Desember), salah satunya kegiatan Dialog Publik agar public mempunyai informasi yang baik tentang pentingnya menghapuskan kekerasan terhadap perempuan dan memenuhi hak kesehatan perempuan serta publik mampu menyampaikan isu-isu tersebut kepada perempuan atau masyarakat lainnya,”jelasnya.
Senada dengan itu Prof H Jalaludin menilai bahwa agama mengajak laki-laki untuk memuliakan perempuan. “Tak beriman seseorang jika tak memuliakan perempuan,”urainya.
RA Nurul Ayu Furqon selaku Ketua Kelompok Generasi Perempuan Cerdas Sriwijaya mengatakan bahwa harus diakui era globalisasi mengantar kita harus bijak di era teknologi saat ini. “Misal banyak tontonan yang tak sesuai dengan tuntunan. Sehingga kita harus bijak menyikapinya,”jelasnya.
Sementara Maphilinda Syahrial Oesman mengaku bahwa perempuan harus belajar mengatasi diri dengan berdamai dengan diri sendiri. “Karena sebetulnya kadang yang merusak perempuan itu, perempuan itu sendiri. Kalau perempuaj itu baik, maka ke depan mudah-mudahan akan selalu baik,”pungkasnya. Osug
Baca Juga:  Anis Saggaf Pimpin Suara di Tiga Besar Calon Rektor
Komentar Anda
Loading...