Sholawat Antarkan Prestasi Yuni Hingga Level Asia
Meskipun seorang mualaf, namun ketaatan Yuni sungguh patut diacungi jempol. Selain tak ingin meninggalkan sholat, dalam karirnya di olahraga ia tak ketinggalan melantunkan sholawat. Malahan, sholawat lah yang mengantarkan prestasinya hingga level Asia.
Perjalanannya di meja catur sempat menuai tantangan dan perjuangan. Berbekal niat dan tekad ingin membanggakan orang tua dan bangsa, kiprah Yuni pun menukik tajam hingga prestasinya merambah ke Asia.
Perjalanan dirinya bersama kursi roda yang selalu menemaninya berjalan cukup lama setelah di usia enam tahun dirinya divonis polio oleh dokter ketika itu.
Sempat terpuruk dan trauma, akan tetapi dirinya bangkit dan mencoba berkreatifitas dan memilih catur sebagai aktualisasi dirinya.
Meskipun seorang mualaf, namun ketaatan Yuni sungguh patut diacungi jempol. Selain tak ingin meninggalkan sholat, dalam karirnya di olahraga ia tak ketinggalan melantunkan sholawat. Malahan, sholawat lah yang mengantarkan prestasinya hingga level Asia.
Belum lama ini ia memboyong dua medali emas Merah Putih dalam Kejuaraan Penyandang Disabilitas se-Asia Tenggara bertajuk ASEAN Para Games (APG) 2015 di Singapura. Dua tahun berselang, Yuni kembali mengibarkan bendera Merah Putih dengan menyebet dua emas sekaligus pasa ASEAN Para Games (2017) di Negeri Malaysia.
Yuni menyelesaikan kompetisinya dengan kejutan apik di catur cepat dan catur beregu. Alhasil, lagu Indonesia Raya pun berkumandang di negeri Singa dan Negeri Jiran ketika itu.
Disinggung mengenai kunci utama saat bermain dipapan catur bersama rivalnya, Yuni mengaku tak ada persiapan apapun selain latihan dan berdoa. “Dan saat sebelum mulai kompetisi atau saat bermain saya selalu bersholawat,”tutur saat dibincangi BeritaPagi, Kamis (5/4).
Saat ini, ia pun masih menghuni Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) di The Hotel Alena Solo dibawah asuahan Coach Teddy untuk mempersiapkan diri di ajang terbesar Asia yakni Asian Para Games pada Oktober 2018 di Jakarta mendatang.
Pecatur top dunia pun akan menjadi lawan berat baginya untuk mencoba mengibarkan bendera merah putih di negeri sendiri saat pesta olahraga terbesar Asia tersebut. “Saat ini yang jadi ancaman Cina dan India. Permainannya bagus, dan patut untuk hati-hati,”turur puteri keempat dari pasangan So Chin Ting dan Sutinah ini.
Turun di spesialis catur tuna daksa putri standar dan cepat membuat Yuni harus berjuang keras. Namun demikian ia mengaku semua harus diimbangi dengan usaha dan doa sehingga apa yang menjadi usahanya bernilai ibadah. “Yakin, usaha dan doa, mudah-mudahan diberi kelancaran,”harapnya.
Mengawali di dunia catur, awalnya dirinya belajar dengan adik dan sesekali belajar otodidak. Lantaran ulet dan cukup berbakat, warga Jalan Bhakti, No 147 Puncak Sikuning, Lorok Pakjo, Palembang ini kemudian menuai prestasi gemilang hingga saat ini.