Bocah Kelainan Usus Butuh Bantuan
Lima Tahun Menderita Karena Tak Ada Biaya
Tebingtinggi, BP
Ramah Sendia Novita (5), warga Desa Kembang Jati, Kecamatan Paiker Kabupaten Empatlawang, menderita kelainan usus, sehingga berdampak pada perutnya yang membesar. Penyakit itu mengganggu pertumbuhan tubuhnya, sehingga kurus dibanding kondisi anak-anak normal.
Putra dari pasangan Triyono dan Lidia Lestari ini menderita penyakit tersebut sejak umur 3 bulan. Pengobatan pun telah diupayakan dari tradisional hingga medis. “Saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengobati penyakit yang diderita anak ini, sudah dibawa ke RSUD Lahat dan Rumah Sakit Umum Bengkulu, namun belum juga ada hasilnya, “ungkap orang tua Ramah, Triyono (29).
Dikatakannya, sebagai orangtua tentunya merasa sedih karena melihat kondisi anaknya yang baru berusia 5 tahun harus menanggung penderitaan karena mengidap penyakit seperti itu. Walaupun begitu sebagai orangtua tidak akan berputus asa untuk terus mengobati anaknya meskipun tergolong orang yang kurang mampu.
“Kita sebagai orangtua punya kewajiban merawat anak, biarlah harta benda saya habis asalkan anak saya bisa sembuh, yang jelas saya tidak akan mengeluh untuk mengobati anak saya, ” kata Triyono.
Kalau untuk bantuan, dikatakannya, hingga kini belum ada uluran tangan dari pihak pemerintah ataupun dermawan untuk meringankan beban mereka. “Saya berharap ada uluran tangan dari pihak pemerintah, agar bisa meringankan beban dalam mengobati anak saya, “harapnya.
Dia mengungkapkan, apa yang dimakan anaknya selama ini tidak mempengaruhi berat badannya, karena postur badan anaknya sekarang sangat kurus dan perutnya semakin lama, semakin membesar. Penyakit yang diderita Ramah, menurutnya, tergolong aneh. Karena jika kelainan pencernaan biasanya tidak bisa Buang Air Besar(BAB), tetapi Ramah BAB-nya masih normal.
“Akan tetapi perutnya tambah besar terus, sedih sekali melihatnya, ” ujarnya.
Sementara Plt Direktur RSUD Tebing Tinggi, Dessy Yusmiati mengatakan, penyakit yang diderita Ramah bukan penyakit biasa dan harus ditangani oleh dokter spesialis, sedangkan di Empat Lawang belum memiliki dokter spesialis bedah.
“Ya sebaiknya langsung saja ke Palembang, mengingat di sini masih serba minim. Harus ditangani dokter spesialis dan juga fasilitas yang memadai dan kalau bisa secepat mungkin dibawa ke Palembang, ” imbuhnya. #tom